Hanna Ritonga (Voice Actor)

  Sebelum bapak masuk rumah sakit diagnosa covid Kami bukan terlahir dari orangtua kaya raya. Cukup tapi menengah ke bawah. Sedikit yang diingat Ketika kecil tidak mendapatkan perhatian dari orangtua secara materi penuh dan kasih sayang yang sesungguhnya. Kami terbentuk mandiri dalam arti keras, dan tegas mengatakan tidak pada apa yang tidak semestinya. Sehingga jauh dari kata lembut dan sopan santun yang diharapkan. Kini ilmu agamalah yang mengajarkan kami bagaimana seharusnya bersikap dan bertutur kata kepada oranglain, bukan belajar dari orangtua. Jalan hidup masing-masing tak beraturan, karena memang bukan orangtua yang memiliki ilmu tinggi Ketika berumah tangga, kami paham dan memaklumi. Masih kecil dan remaja terus menuntut hak dan jarang menunaikan kewajiban. Tapi beranjak dewasa, justru sifat itu semakin berkurang lebih kepada apa yang bisa dilakukan untuk orangtua. Mereka merasa berjasa denga napa yang dilakukan, sedangkan anak-anak merasa tidak dipedulikan. Ada ya...

  Bapak Ahmad Fadil Ritonga dan Ibu Hijrah Punya sahabat, sekarang kuliah di luar negeri atau di luar kota. Teman-teman nongkrong, udah pada nikah semua. Bahkan sahabat dekat pun kini sibuk dengan pencapaian karirnya masing-masing. Kesepian? Pasti!. Gimana enggak, meskipun belum punya pasangan halal, kalian yang terbiasa ada yang nemenin pasti ngerasain kesepian kalau orang-orang tadi menghilang secara perlahan. Nah begitu juga yang dirasakan orangtua. Semasa kecil, anak-anak begitu ramai mengisi ruangan rumah, masa remaja rumah juga masih ramai dengan perdebatan pulang malam, larangan kegiatan ini itu, bahkan sampai salah memilih kawan bermain pun bisa menjadi konflik di dalam rumah. Begitu anak menikah dan punya anak (cucu), disinilah kesepian itu di mulai. Apalagi sang anak memilih tinggal tidak serumah dengan orangtua mereka, dengan berbagai alasan. Mulai dari ingin mandiri, jauh dari persoalan mertua menantu, adik atau kakak ipar, hingga permasalahan siapa yang bertang...

Masjid Agung Istiqlal, Jakarta Pusat #39... Angka yang fantastis untuk seorang wanita dewasa tetapi belum juga menikah. Rencana hidup yang selalu mundur, sampai nikah pun targetnya terpeleset bukan meleset aja. Rencana usia 25 tahun menikah lewat sampai saat ini, pengen jadi produser di usia 28 tahun, malah baru dapet rezeki kerja di televisi setelah lulus kuliah tahun 2005. Kesampean jadi produser eh di usia 35 tahun pas kerja di radio meleset 7 tahun ngeri ya. Mengikrarkan diri kalau dapat kerja di media lagi ini adalah yang terakhir gak mau berenti terus aja sampe nikah di tahun 2021, usia 38 tahun. Setelah dijalani circle, visi dan misi tak sejalan dengan hidup. masyaaALLAH skenarioMU rabbi. Dan sekarang 2022, #39 tahun gelisah, kecewa, pasrah, mau gimana lagi, udah lupa cara pedekate, gak tahu harus kemana nyari circle buat dapetin jodoh, via medsos gak mau karena ga ada yang bener ALLAH juga gak kasih jalannya. Berbagai komunitas dan pindah-pindah tempat kerja dilakuin doanya sam...

ini dia jumlah cuannya 💜💜💜💜💜 Jangan pernah sepelekan doa yang terucap dari cangkemmu kawan. Sejak memulai karir sebagai freelancer dan menekuni bidang voice over, setiap hari tuh penasaran. Penasaran yang beralasan, menurut orang-orang yang berpengalaman di bidang ini, lambat laun kamu akan tahu kok, mana klien yang baik dan klien yang mau ngerjain kamu.  Kalau kamu udah tahu ilmunya, bakal pinter memilah dan memilih job yang mau kamu ambil serta jalanin kedepannya. Meskipun sampai saat ini 1 Maret 2022, belum juga dapat kesempatan untuk belajar secara resmi dengan dubber and writer untuk mendalami dunia suara, tapi ilmunya kak Tisa Julianti selalu tergiang, pesan-pesannya selalu diingat, dan sudah jadi panduan yang selalu digenggam dalam setiap prosesnya. “Inget ya, Voice Over pemula sebisa mungkin jangan kasih harga murah, untuk menjaga harkat dan martabat profesi ini”. “Tarif terendah kalau bisa 500 ribu”. “segampang-gampangnya kerjaan VO, tetap ada nilai harga jualnya”. It...