Episode 6, Obat penahan pendarahan malah keluar darah

CERITA HR, Bersama Bapak
Episode 6, Obat penahan pendarahan malah keluar darah

 Saya Panik dan kesal ketika sebelumnya dibilang obat penahan pendarahan malah muntah darah lagi. Ngamuk seketika

Yang kena sasaran suster ganti malam itu Rabu 29 November 2023. Berawal dari pukul 17.00 an sore itu ada suster yang datang dan diam-diam menyuntikkan obat ke selang infus dari tangan bapak, saya yang duduk dibawah bed tetiba tersadar lalu bertanya “obat apa itu sus?” dengan gugup suster itu menjawab “oh enggak ini vitamin” katanya selang 1 jam bapak saya mual-mual otomatis panggil suster untuk periksa.

Seperti biasa sebagai orang awam yang mempercayakan tindakan medis dari awal berusaha tenang. Suster datang sepertinya memberikan obat anti mual. Pukul 20.00 masih dengan suster yang sama menyuntikkan obat, posisi saya baru balik dari beli makan diluar rumah sakit kami berpapasan dan saya bertanya

“Gimana sus?” tanyaku selidik

“barusan saya kasih obat ya mba” katanya

“apa itu mba?”tanyaku

“obat penahan pendarahan” katanya

“oke makasih ya sus” ucapku

90 menit berlalu, bapak bereaksi mual dan muntah darah tidak keluar dari selang NGT kali ini dari mulut, aku berang dan meninggikan nada bicara, salahnya memang bukan pada suster yang memberikan obat sebelumnya karena mereka sudah ganti shift.

Untungnya ini kali kedua suster jaga malam yang cerdas menurutku, dia cepat menganalisis kebutuhan pasien. Setelah saya ceritakan kronologis terjadinya dari sore hingga bapak kembali memuntahkan darah kental. Suster yang bertugas malam itu menunjukkan pada saya obat yang akan diberikan.

“bu ini saya diberikan rekomendasi 2 obat, 2 obat penahan darah dan 1 lagi obat mual, saya akan berikan obat mual saja ya, yang satu lagi tidak digunakan untuk bapak” katanya. Saya yang mendengar ucapannya berusaha yakin dan percaya setelah diberikan obat itu bapak akan kembali tenang.

Dan benar alhamdulillah ALLAH buat Bapak tenang, saya mengucapkan terima kasih karena suster tersebut mengambil tindakan cerdas. Huft rasanya seperti naik roller coaster, gimana enggak dibilang obat penahan darah tapi setelah disuntikkan bapak malah mual-mual dan muntah darah.

Baru saja tenang dari huru hara, tetiba jam 21.30 datang suster lain mengatakan bapak akan di endoskopi begitu mendadak dan seperti terencana, masih saya ingat betapa terombang-ambingnya psikis bapak pada saat itu. Lagi dan lagi saya berusaha tenang.

Dengan sikap manis dan patuhnya saya menandatangani edukasi yang diterima dari dokter jaga malam itu. Dan menandatangani surat Tindakan untuk endoskopi. Yang sangat saya sesalkan adalah drama untuk prosesnya. Saya diminta menyelesaikan administrasi di lantai 1 sementara bapak saya sudah masuk ruang tunggu endoskopi yang sangat dingin sambil menunggu persiapan dokter.

Berulang kali suster menelpon menanyakan apakah saya sudah selesai administrasi, berulang kali juga saya bilang belum dan mengantre apabila sudah mau dilakukan Tindakan saya tinggal saya administrasi belakangan tapi suster mengatakan akan menunggu saya naik ke lantai 6 lagi ke ruang endoskopi.

Tapi nyatanya setelah saya selesai administrasi dan masuk ke ruang endoskopi bapak sudah dilakukan Tindakan saya menangis dan teramat kesal. Mereka tidak konsisten emosiku. Bapakku baru saja mengalami kejadian yang menggoncangkan fisik dan psikisnya sore hingga malam tadi, seharusnya bisa dijeda terlebih dahulu memberi waktu bapak untuk sedikit tenang dari rasa mual yang masih ia rasakan.

Disitulah saya melihat bapak sangat kuat menghadapi prosesnya, sakit tapi harus dihadapi. Menangis tak bisa dihindari sejak saat itu saya memutuskan apa pun Tindakan setelah ini saya tidak mau tandatangan karena kecewa saya tidak bisa berkomunikasi dengan bapak sebelum tindakan endoskopi.

Kekesalan itu terjadi karena pikiran saya masih menyimpan kalimat yang disampaikan dokter jaga malam itu yang memberikan edukasi tentang tindakan endoskopi dengan sebuah kamera cctv kecil apabila pasien banyak bergerak kemungkinan bisa membuat goresan pada organ tubuh.

Itulah mengapa saya meminta suster yang membawa bapak ke ruang endoskopi menunggu saya paling tidak saya bisa brain storming bapak untuk bersabar tidak banyak bergerak sebelum tindakan.

Qodarulloh ALLAH tidak mengizinkan saya berada disana sebelum tindakan mungkin ada proses yang akan membuat saya pilu itu hikmah yang bisa saya ambil seteah selesai tindakan.

Bapak bilang tadi dokter endoskopinya galak dan sakit. Bapak tidak tahu apa yang membuatnya sakit, saya hanya berkata pada diri sendiri karena sudah tahu “sakit yang bapak bilang mungkin karena cctv kecil dan halus itu sudah menggores organnya”

Dan benar saja itu terlihat dari foto hasil endoskopi di beberapa organ tubuhnya terlihat darah berwarna merah hati tapia da satu organ yang mengeluarkan darah segar seperti baru saja terluka. Cuma bisa pasrah dan Ikhlas.


💗💗💗💗💗
Blog            : hannaritongahr.blogspot.com
Instagram  : @hanna_ritonga_
Youtube      : Hanna Ritonga Official

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tamu Pilihan ALLAH Ta'ala pergi ke Tanah Suci - Makkah

gak ada Persahabatan yang murni antara cewe dan cowo