Episode 5, Suster Dian, Pejuang Jaya
Pada saat Suster memberikan obat penenang dan menyuntikkannya ke tangan Bapak melalui selang infus, kami (Saya dan suster Dian) sempat ngobrol sebentar.
“mba
tinggal di pejuang?” tanya suster dian
“iya
mba” saya sambil fokus melihat tindakan yang dilakukan suster
“pejuang
mana?saya pejuang jaya mba” katanya
“wah deket donk kami di pejuang pratama” aku sedikit tersenyum senang karena suster yang merawat bapak tetanggaan
Pukul 17.30 wib finally kamar rawat inap ready ditempati, kami diminta bersiap oleh suster dian untuk menuju lantai 6 pindah dari IGD yang sangat mencekam. Gimana enggak sebelah kanan bapak pasien koma yang sudah diberi tindakan terakhir bahkan keluarganya yang datang pun sempat bercerita padaku bahwa bapak mereka menunggu anaknya dari Bandung, dan dokter sudah sempat mengatakan pada keluarga agar diikhlaskan saja bapaknya.
Sebelah kiri bapak nenek tua meninggal dunia sekitar jam 5 sore sebelum kami bergegas ke kamar rawat inap. Keluarganya datang dan menangis sesegukan, Bapak sempat penasaran melirik, tapi aku alihkan dengan mengobrol tanya-tanya gimana ada yang sakit apa enggak.
Selama di IGD bapak terus melirik ke kanan dan kiri bed nya, aku selalu berusaha mengaling-alingi dengan badanku yang berdiri mendampinginya agar wajah bapak tidak melihat pasien sebelahnya, sesekali kuajak ngobrol dan tak jarag kuminta bapak jangan berhenti berdzikir untuk kesembuhan dan ketenangan selama menjalani proses pengobatan.
Selama perjalanan menuju rawat inap kami melewati rute yang cukup panjang menunggu lift yang hanya 3 ruang. Setelah lift terbuka bed bapak pun masuk ke dalamnya bersama suster dan saya. Dan 2 pengunjung masuk diujung bed karena urgent harus ke lantai berikutnya.
Keluar dari list menuju ruangannya pun berliku semacam ruang isolasi yang lumayan jauh dari akses utama, benar-benar terasing tapi begitulah designnya dibuat agar pasien tenang dan tidak terkontaminasi dengan kegiatan rumah sakit atau mungking pasien yang berada di ruangan lain selalu membangun pikiran positif agar tetap sehat mental.
Disini saya sangat berterima kasih dengan suster dian, masih teringat Bapak yang teriak kesakitan pas di IGD dengan cepat suster mengambil obat yang saya pun tidak tahu itu obat apa dan berapa dosis yang diberikan, tapi sebagai orang awam ketika melihat bapak tenang dan mereda kesakitannya itu langkah tepat menurut saya.
Ya
ALLAH alhamdulillah KAU kirimkan orang baik di saat pikiran negatif dan positif
adu mekanik di otak kepala dan hati, berkecamuk seolah tak ada penengahnya.
Lagi dan lagi mental terasah disini, berusaha dan berjuang untuk tenangkan hati
lagi ikuti prosesnya.
Blog : hannaritongahr.blogspot.com
Instagram : @hanna_ritonga_
Komentar