Episode 4, IGD tiba-tiba perut bapak ngocok

CERITA HR, Bersama Bapak  
Episode 4, IGD tiba-tiba perut bapak ngocok 

Saya buat perjalanan dari Rumah sakit tipe C ke Rumah sakit tipe B menyenangkan buat Bapak agar psikisnya tidak terganggu dan menganggap ini adalah jalan-jalan ala pejabat negara, bebas hambatan dan semua kendaraan harus minggir kalau kami lewat. 

Selama di dalam ambulance bapak yang berbaring menghadap belakang mobil tidak mau nyender, entah panik atau memang penasaran dengan jalan yang kami lewati sepanjang Bekasi menuju Jakarta. Mulai dari Bulevar summarecon Bekasi hingga masuk tol Bekasi barat tol dalam kota hingga keluar ITC Cempaka Mas menuju Kemayoran.

Aku selalu menghibur dengan mengatakan “Pak kita naik mobil pejabat bebas hambatan nih” trus Bapak berulang kali minta di foto dan di Videoin sebagai kenang-kenangan katanya. Sesekali aku meminta Bapak bersandar biar tidak pegal dan Ia pun nurut.

Sepanjang perjalanan saya terus memandangi lelahnya wajah bapak dengan tangan yang diinfus, hidung dengan 2 selang, satu selang oksigen dan satunya lagi selang NGT dari hidung yang disalurkan ke lambung. Dari balik masker airmata tak tertahankan tapi cepat kuhapus dengan menempelkan ujung masker ke tepian mata bagian bawah.

Sampai di tujuan jam 11.00 siang, masuk IGD dan menunggu proses administrasi rujukan saya mengingatkan bapak untuk terus berdzikir jangan sampai berhenti kecuali Lelah. Bapak sebenarnya haus tapi karena tidak boleh minum untuk membantu proses pengecekan dalam tubuh secara medis Bapak sudah pasrah.

Sampai ba’da ashar jam 4 sore kondisi Bapak masih bagus tidak menunjukkan reaksi berlebihan dan tenang. kami mengikuti proses observasi dari kapten IGD (dokter) yang bertugas saat itu, dan menunggu kesiapan ruang rawat inap yang diinfokan sebelumnya sudah ada.

Setelah perawat menyuntikkan obat via infus selang 10 detik kemusian bapak merasa perutnya ngocok mengeluh dan setengah berteriak “Aduuuuhhh sakiiittt sekaliiiii, obaattnyaaa sakiitt”.

Saya panik dan berusaha tetap tenang dengan nada pelan tapi dengan power langsung memanggil suster yang bertugas memegang Bapak saat itu “Suster tolong bapak saya kesakitan setelah suster suntikkan obat ke infus ini, tolong bantu redakan” gak lama mereda tapi masih mengeluh dan semakin kesakitan Bapak Kembali berteriaak “Aduuuuhhh sakiiittt sekaliiiii, obaattnyaaa racuunn sakiitt”.

Tanpa memedulikan kondisi IGD yang ramai dengan pasien saya setengah berteriak “Suster tolong dari jam 11 sampai jam 4 sore tadi Bapak saya aman-aman saya setelah disuntikkan mengeluh tolong bantu dengan obat Pereda.

Sambil berbisik suster dian yang bertugas mengatakan “mungkin dosis obatnya kelebihan dan kurang cocok dengan usia dan kondisi bapak, map ya mba”. Saya pun menjawab “gpp suster yang penting bapak saya sudah reda sakitnya dan tidak bereaksi kesakitan lagi”. Setelah mereda saya pun bertanya kepada bapak

“Pak gimana sekarang perutnya?”

“udah mendingan” dengan nada lemas”

“masih ngocok?” tanyaku lagi

“udah enggak, tapi masih sakit” jawab bapak

“sebelah mana sakitnya pak?” ku penasaran

“sini” bappak menunjukkan dada sebelah kiri

Jantung pikirku dalam hati, berusaha tetap tenang

Namanya juga observasi tidak selalu pas, meski sebelumnya dosis tersebut cocok dengan pasien yang seumuran dan kondisi yang sama seperti bapak, tapi kali ini berbeda dan unik. Sudahlah tadi melihat bapak ngocok perutnya.


💗💗💗💗💗
Blog            : hannaritongahr.blogspot.com
Instagram  : @hanna_ritonga_
Youtube      : Hanna Ritonga Official

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tamu Pilihan ALLAH Ta'ala pergi ke Tanah Suci - Makkah

gak ada Persahabatan yang murni antara cewe dan cowo