Episode 12, didatangi kelompok berdzikir 20 orang
CERITA HR, Bersama Bapak
Episode 12, didatangi kelompok berdzikir 20 orang
Malam itu petugas yang akan membawa bapak naik ke lantai 6 ruang rawat inap menjelaskan dengan seksama apa yang dialami bapak, mulai dari lambung yang luka, gula yang tinggi dan tensi yang juga tinggi adalah penyakit yang sedang dialami bapak.
Perawat itu bilang pihaknya akan fokus untuk menurunkan gulanya terlebih dahulu sambil mengobati luka pada lambungnya baru bisa dilakukan tindakan lebih serius. Aku mengangguk saja karena memang sudah pasrah, aku sudah Ikhlas, hatiku berkata saat ini sudah tidak berharap bapak kembali sembuh seperti sedia kala, tapi berharap ALLAH mudahkan proses bapak entah itu pemulihan atau sesuai dengan ketentuan ALLAH. Lebih menyiapkan diri pada hal-hal yang diluar kendali manusia.
Aku sudah paham karena gula memang ada riwayat, lambung luka hasil dari endoskopi waktu di rumah sakit tipe B dan bapak juga sudah tidak bisa mengontol apa yang ia makan selama beberapa bulan terakhir a.k.a sudah tidak bisa dinasehati, dan tensi naik memang sebelum masuk rumah sakit sudah 2 bulan belakangan bawaannya emosi mulu di rumah.
Di RSPAD, aku sudah tidak sanggup jika harus berjaga malam sendirian, aku sudah membaca hal yang tidak enak, mulai takut terjadi hal yang tidak diinginkan dan fisikku drop. Alhamdulillah lagi-lagi adik ke3 ku pengertian, meski ia bekerja ia rela bolos kerja hanya untuk jaga bapaknya yang dirawat berkah untuk anak ini.
Aku sudah lemah, psikisku jatuh setelah melihat bapak berhalusinasi minum air botol mineral tempo hari di RS tipe B. aku kebagian tugas pagi sampai malam jelang pergantian dengan adik laki-lakiku.
Kondisi tenang, ruangan nyaman meski aneh sendiri, kamar bapak yang ada kacanya tertutup seperti di isolasi, sementara 3 bed lainnya hanya dibatasi hordeng. Paling enggak udah gak ada suara pasien anak teriak-teriak dan mesin deteksi yang berisik banget suaranya seperti waktu di IGD. Disini bapak dikasih insulin untuk gula, lalu obat via suntikan besar yang dipasang pada alat thermo. Dan plasma darah 2 kantong secara bergantian, sekali juga diberi tranfusi darah merah.
Aku sudah bisa buka laptop dan melanjutkan lagi kontrak kerja dengan studio dubbing IYUNO yang tertunda hampir 2 minggu karena, harus bolak balik mengurus keperluan bapak dan menjaganya bergantian dengan adik-adik. Untungnya mba tan baik, aku benar-benar dibantu prosesnya sampai berhasil.
Alhamdulillah, dalam hati kuberkata rezeki yang sudah ALLAH Ta’ala atur insyaaALLAH akan tetap menjadi milikku apabila ALLAH ridho. Aku sebelumnya sudah Ikhlas jika itu lepas, selain aku juga kurang berminat dengan dubbing, kondisiku merawat bapak yang tak bisa ditinggalkan. Haqqul yaqin, meski penuh tantangan pekerjaan di dunia Voice actor tapi aku akan berusaha menjemput rezekiku terutama rezeki menikah.
Setelah
selesai urusanku dengan administrasi IYUNO, ku sapa bapak seperti biasa
“apa
yang terasa” tanyaku sambil menyentuh dahinya
“ini
sakit?”tanyaku
“enggak”jawab
bapak
“kalo
ini?” kuusap dadanya
“sakit
sedikit” katanya
“Kalo
ini?” kusentuh perutnya
“iya” singkat saja bapak menjawabnya
Lalu ia pun menolehkan kepalanya untuk tidur, gak berapa lama, bapak melihat botol air mineral yang ada di depan kaca pembatas antara ruangan bapak dan kamar sebelah.
“itu
penuh?belum dibuka?”tanya bapak padaku
“itu punya orang” jawabku, aku langsung bergegas menyingkirkan botol itu agar tak tampak didepan wajahnya.
Aku Kembali memutar sholawat Jibril yang kemarin aku putar waktu di IGD, bapak berbicara
“ini
apa yang kau putar?”tanya bapak padaku
“sholawat
yang bapak dengar waktu di IGD kemarin” jawabku
“kemarin
bapak dengar ini lamaaaa sekali, lagi pesan gado-gado” bapak mulai bercerita
“trus
pak?” tanyaku
“trus
lama banget gado-gadonya gak dateng-dateng lamaaa banget” ia melanjutkan
ceritanya
“abis
itu bapak didatangi orang berjubah putih berdzikir” katanya
“orang
mana pak?arab atau Indonesia?”tanyaku
“kaya
rombongan ustadz Arifin ilham, campur ada orang indonesia ada juga orang
arabnya sekitar 20 oranglah” bapak menjelaskan
“mereka
ngapain pak?” tanyaku penasaran
“mereka
bilang, bapak sudah termasuk kelompok kami sekarang bapak duduk diatas saja”.
Seketika aku merinding mendengarnya, sudah tidak ingat ingin merekam ucapan bapak karena di rumah sakit tipe A ini lumayan ketat penjagaannya untuk melakukan dokumentasi. Kulanjutkan lagi mendengar cerita bapak.
“trus
pak, bapak ngapain diatas?” tanyaku
“bapak
dzikirlah”jawabnya
“trus
mereka ngapain dibawah?”tanyaku lagi
“dzikir
juga kayaknya jauh soalnya bapak dilantai 4”katanya
“oh…” aku menanggapi.
Lelah bercerita bapak pun Kembali istirahat tidur.
💗💗💗💗💗
Instagram : @hanna_ritonga_
Komentar