KAPAN? DIAM ITU EMAS


Bogor, Rumah sodara

Pernah gak kamu kesel? Marah sama keadaan yang membuatmu gak bisa teriak-teriak dan menyampaikan apa yang kamu resahkan, sehingga DIAM menjadi pilihan yang tepat. Gak perlu ngeluarin tenaga, cukup pasang muka masam (red : cemberut) terus tahan emosi dan egois diri beberapa saat mengambil jeda.

Ya, itu adalah terapi yang sudah kulakukan ketika lingkungan bergitu “berisik” dengan keegoisannya, memaksakan keinginannya dipenuhi, tanpa memikirkan orang yang ia paksa sedih bertubi-tubi. Orang yang didzolimi butuh ruang untuk meluapkan apa yang dirasakan.

Tapi jangan sampai berlarut, ambil waktu jeda, tinggalkan lokasi sesaat, kemudian keluarlah dari tempat persembunyian untuk Kembali berjuang menghadapi kenyataan.

Karena masalah dalam hidup ini bukan untuk dinafikan atau ditinggalkan, tapi dihadapi sampai selesai. Kalau pun tidak ada akhirnya, biarkan ALLAH yang menyelesaikannya dengan caraNya yang paling sempurna.

Setiap orang melewati fasenya, belajar sabar dengan manis dan sempurna. Terutama Ketika menghadapi orangtua yang pengalaman berpendidikannya tak sama, beradaptasi dengan lingkungan yang beda pula. Serta cara berfikir yang membentuk sikap terlihat bersebrangan.

Kita sebagai anak yang sudah paham ilmunya, harus berada diatas mereka. Bukan menggurui, tapi meletakkan sikap diatas perlakuan mereka.

Contoh, orangtua yang tidak terbiasa berkata lembut Ketika meminta sesuatu pada anaknya, posisikan diri kita yang paham ilmunya (itung-itung sambil belajar menjadi orangtua kelak).

Bawa santai setengah bercanda, meskipun orangtua tetap menggunakan nada tinggi Ketika menyuruh melakukan sesuatu, sebagai anak yang sekali lagi menganggap paham ilmunya ini harus sabar dan perlakukan dengan cara yang berbeda, supaya gak stress.

Kalau kita bersikap sebaliknya, misal malah marah-marah berkata “ kasar amat sih nyuruh anak pake teriak-teriak emang gak bisa pelan-pelan apa”. Yang timbul adalah anak naik darah, orangtua merasa anak membantah, tambah marah dan keluarlah sumpah serapah anak durhaka, tidak sopan, gak nurut dan kalimat negatif lainnya. Padahal anak hanya ingin bersuara menyampaikan keresahannya karena dibentak, jadi salahkan?

Itulah mengapa anak harus memposisikan diri “lebih paham ilmunya”.

Beruntunglah kalian teman-teman yang berkembang di dalam keluarga yang memiliki ilmu parenting, sehingga konflik verbal jarang terjadi yang endingnya ANAK selalu menjadi korban kekerasan yang dilakukan orangtua.

Jangan anggap remeh kekerasan verbal, karena setiap orang jika sudah sakit hati susah di obati dan akan diingat seumur hidup mereka. Itulah mengapa aku menyadari setelah ada di fase ini, fase yang suka tidak suka mengharuskan aku “ harus lebih paham ilmunya”.

Jadi coba yuk kita DIAM, tidak menanggapi tapi lebih mencerna, tidak berkomentar dari setiap pernyataan yang terlontar dari siapa pun. Jika ada pertanyaan yang harus dijawab, jawablah sewajarnya tidak usah panjang-panjang hanya sekedar mengadirkan respon.

Untuk mengurangi konflik dalam perjalanan hidupnya, orang dewasa biasanya mengurangi bicara kecuali hal yang penting. Dan bersuara Ketika ada masalah yang harus diselesaikan dengan berpendapat.

DIAM belajarnya lebih mudah ketimbang SABAR. Belajarnya cukup turunkan emosi dan egois diri untuk tidak berkomentar, itu aja. Kalau SABAR agak sulit karena harus menjaga amarah akibat naik turunnya emosi terhadap hal yang bertentangan dengan prinsip diri.

Dalam DIAM kita Latihan tenang dengan menarik dan mengeluarkan nafas secara teratur.

DIAM melatih diri membatasi kata-kata yang tak seharusnya dikeluarkan bukan pada tempatnya. DIAM membuat kita bisa memperhatikan dan mendengarkan lebih banyak

DIAM ITU EMAS


💗💗💗💗💗

Blog            : hannaritongahr.blogspot.com
Instagram  : @hanna_ritonga_
Youtube      : Hanna Ritonga Official

Salam,

Senyum manis  
Hanna Ritonga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tamu Pilihan ALLAH Ta'ala pergi ke Tanah Suci - Makkah

gak ada Persahabatan yang murni antara cewe dan cowo